2022. Tahun ini semakin membosankan.
Banyak angan yang belum menjadi kenyataan (bukan sebuah resolusi ya). Untuk
orang sepertiku, masih ingin hidup saja itu sebuah effort yang sudah cukup. Bukannya
merendahkan, aku hanya belum bisa menata hidup. Padahal diusiaku yang sekarang
seharusnya aku sudah memiliki pendapatan yang jelas dan memiliki fase dengan
orang-orang yang seumuran denganku. Aku tahu, yang terlambat berproses bukan
aku saja. Aku hanya ingin kalian membaca dari sudut pandangku. Dimana waktu
semakin menggrogoti kesempatanku. Semakin diburu untuk secepatnya sampai pada
titik dimana harusnya aku berada.
Aku masih ingat sekali nasihat dari
ayahku, “ Dik, waktu itu terus berjalan jadi gunakanlah waktumu sebaik
mungkin... ”. Iya nasihat template dari semua orang tua. Tapi nasihat itu
memang benar adanya. Semenjak ayahku pergi, aku pikir hanya tentang kelak aku
akan sendirian, akan tetapi aku lupa suatu hal. Aku lupa, bahwa semua yang
ayahku tinggalkan kini menjadi hal yang aku pertanggung jawabkan. Sialnya, waktu
adalah yang sulit untuk dihentikan. Dia tak pernah memberitahuku apa yang harus
aku lakukan dengan semua hal yang sudah dia siapkan. Andaikan dulu aku satu
pemikiran, mungkin aku akan lebih mudah untuk menata apa yang sudah dia
tinggalkan. Bukan malah menjadikan semua itu sebuah beban.
Mungkin kalian bingung kenapa
menjadi beban, aku beritahukan dulu statusku untuk kalian yang baru membaca
blogku ini. Aku anak tunggal. Iya, seorang anak satu-satunya dikeluarga. Dari
kalian pasti berfikir bahwa aku memiliki jaminan masa depan yang menyenangkan,
akan tetapi dibalik itu semua, ada tanggung jawab besar didalamnya. Mungkin status
anak tunggal yang benar-benar menyenangkan ya cuman rafatar (sebelum punya adik
yak hahaha (ˆڡˆ).... Ada resiko yang berperan besar dalam sebuah pilihan. (“ udah
tahukan, sekarang kita kembali ke topik yang tadi hehehe...” ). Karena beberapa
hal yang harus aku pertanggung jawabkan tadi,maka sudah jelas aku harus menjadi
seseorang yang siap tidak siap bertanggung jawab dengan semuanya. Menjadi
kepala keluarga yang unik ( cosplay jadi backpack-backpack yang belum punya istri
huhhuhu (⌣̩_⌣ ) ).
Awal tahun berantakan. Dengan diriku
sendiri yang masih belum jelas dan segala hal yang tiba-tiba bermunculan tanpa
perencanaan. Masih menjadi keputusan yang berat untuk melangkahkan kaki ini
kemana. Terlalu banyak menimbang resiko yang akan aku terima, tapi satu sisi
jika aku terlalu banyak menimbang sebuah keputusan maka semakin banyak waktu
yang terbuang. Dan benar saja kini semua itu begitu jelas. Tentang bagaimana
dia menyuruhku untuk menggunakan waktu sebaik mungkin. Mungkin dia sudah tahu
karena aku orang yang keras kepala dan sedikit pembangkang. Dia khawatir aku tak bisa bertanggung jawab. Tahun yang
penuh dengan kekacauan tapi tidak untuk sebuah kepasrahan. Masih memliki
semangat kecil untuk menemukan satu langkah besar sebuah tahun yang seharusnya
aku syukuri karena aku masih bisa menghisap rokok dan meminun kopi seperti
ikhsan skuter kwkwkwwk...
Sampai disitu dulu ceritaku, lain
kali akan aku lanjutkan lagi, sebenarnya tidak ingin menulis tapi aku teringat
kata Lara tokoh dalam novel kala “ Tetaplah menulis meski kamu tidak tahu apa
yang sedang kamu rasakan.” So next time aku benahi dengan menambahkan kata2
terakhir seperti postingan sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar