Minggu, 30 Januari 2022

DUA PULUH DUA DUA


 

            2022. Tahun ini semakin membosankan. Banyak angan yang belum menjadi kenyataan (bukan sebuah resolusi ya). Untuk orang sepertiku, masih ingin hidup saja itu sebuah effort yang sudah cukup. Bukannya merendahkan, aku hanya belum bisa menata hidup. Padahal diusiaku yang sekarang seharusnya aku sudah memiliki pendapatan yang jelas dan memiliki fase dengan orang-orang yang seumuran denganku. Aku tahu, yang terlambat berproses bukan aku saja. Aku hanya ingin kalian membaca dari sudut pandangku. Dimana waktu semakin menggrogoti kesempatanku. Semakin diburu untuk secepatnya sampai pada titik dimana harusnya aku berada.

            Aku masih ingat sekali nasihat dari ayahku, “ Dik, waktu itu terus berjalan jadi gunakanlah waktumu sebaik mungkin... ”. Iya nasihat template dari semua orang tua. Tapi nasihat itu memang benar adanya. Semenjak ayahku pergi, aku pikir hanya tentang kelak aku akan sendirian, akan tetapi aku lupa suatu hal. Aku lupa, bahwa semua yang ayahku tinggalkan kini menjadi hal yang  aku pertanggung jawabkan. Sialnya, waktu adalah yang sulit untuk dihentikan. Dia tak pernah memberitahuku apa yang harus aku lakukan dengan semua hal yang sudah dia siapkan. Andaikan dulu aku satu pemikiran, mungkin aku akan lebih mudah untuk menata apa yang sudah dia tinggalkan. Bukan malah menjadikan semua itu sebuah beban.

            Mungkin kalian bingung kenapa menjadi beban, aku beritahukan dulu statusku untuk kalian yang baru membaca blogku ini. Aku anak tunggal. Iya, seorang anak satu-satunya dikeluarga. Dari kalian pasti berfikir bahwa aku memiliki jaminan masa depan yang menyenangkan, akan tetapi dibalik itu semua, ada tanggung jawab besar didalamnya. Mungkin status anak tunggal yang benar-benar menyenangkan ya cuman rafatar (sebelum punya adik yak hahaha (ˆڡˆ).... Ada resiko yang berperan besar dalam sebuah pilihan. (“ udah tahukan, sekarang kita kembali ke topik yang tadi hehehe...” ). Karena beberapa hal yang harus aku pertanggung jawabkan tadi,maka sudah jelas aku harus menjadi seseorang yang siap tidak siap bertanggung jawab dengan semuanya. Menjadi kepala keluarga yang unik ( cosplay jadi backpack-backpack yang belum punya istri huhhuhu (̩_ ) ).

            Awal tahun berantakan. Dengan diriku sendiri yang masih belum jelas dan segala hal yang tiba-tiba bermunculan tanpa perencanaan. Masih menjadi keputusan yang berat untuk melangkahkan kaki ini kemana. Terlalu banyak menimbang resiko yang akan aku terima, tapi satu sisi jika aku terlalu banyak menimbang sebuah keputusan maka semakin banyak waktu yang terbuang. Dan benar saja kini semua itu begitu jelas. Tentang bagaimana dia menyuruhku untuk menggunakan waktu sebaik mungkin. Mungkin dia sudah tahu karena aku orang yang keras kepala dan sedikit pembangkang. Dia khawatir  aku tak bisa bertanggung jawab. Tahun yang penuh dengan kekacauan tapi tidak untuk sebuah kepasrahan. Masih memliki semangat kecil untuk menemukan satu langkah besar sebuah tahun yang seharusnya aku syukuri karena aku masih bisa menghisap rokok dan meminun kopi seperti ikhsan skuter kwkwkwwk...

            Sampai disitu dulu ceritaku, lain kali akan aku lanjutkan lagi, sebenarnya tidak ingin menulis tapi aku teringat kata Lara tokoh dalam novel kala “ Tetaplah menulis meski kamu tidak tahu apa yang sedang kamu rasakan.” So next time aku benahi dengan menambahkan kata2 terakhir seperti postingan sebelumnya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar