Senin, 10 Januari 2022

EXIT


 

    Dan tiba pada waktu dimana hadirku hanyalah penghalang untuk semua impian yang ingin kau wujudkan. Pergi. Sebuah pilihan yang tak inginku pilih. Menjadi asing, meninggalkan kesenangan, obrolan, dan hal-hal yang kita lakukan. Bagiku apa yang aku lakukan adalah hal yang membuatku dibenci. Pergi adalah hal yang paling dia benci dengan berbagai alasan dan latar belakang. Entah, sedikit absurd dan ambigu memang dengan keadaanku saat itu, berada ditengah-tengah, abu-abu dan sebagainya. Aku mengerti jika kalian bingung, sejujurnya aku juga bingung untuk menjelaskan apa yang kami lakukan saat itu. Selama kepergianku, bayang-bayang penyesalah dan perasaan bersalah menghujam deras.

            Ternyata meninggalkan seseorang memanglah sebuah langkah berat. Tak terpikir olehku bahwa rasanya beban dipundak ini menjadi 2 kali lipat beratnya atau bahkan lebih. Tak mengira bahwa seperti ini ya rasanya menjadi orang dengan penuh kekhawatiran akan hal yang dia lakukan apakah baik atau buruk untuk seseorang yang dia tinggalkan. Disaat diri ini mulai mengunci lagi pintu yang telah dia buka kembali, dia masih harus berjuang dengan rasa penyesalan dan kekhawatiran.

            Menelan kembali janji yang pernah ia ucap dan memulai lagi untuk percaya kepada manusia lagi. Dengan seluruh rasa bersalah yang kian hari meluruhkan apa yang telah ia putuskan, dengan semua janji yang terpaksa harus ia ingkari, dan semua rasa penyesalan yang makin lama mulai menjadi beban tak terjawabkan.

            Kembali menormalkan keadaan, menyembunyikan kekecewaan, itu yang kita lakukan. Semoga semua kekhawatiran dan rasa bersalahmu mulai larut selepas kepergian. Aku hanya ingin bilang...

 

" Bahwa tak setiap kepergian beralasan penolakan, tak setiap kepergian disebabkan pengkhianatan, dan tak setiap kepergian karena tak ada pertanggung jawaban. Jangan lupakan, bahwa pergi ada dua langkah kaki yang beranjak untuk lari, jadi jangan salahkan satu sisi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar