“ Memang menyebalkan ketika kamu bercerita masa lalu. Iya, beberapa kali aku sempat tergores rasa cemburu. Cemburu dengan orang-orang yang membentuk perempuan yang saat ini sangat cerewet didepanku. Bersyukurlah karena semua itu berhasil kamu lalui... ”
“
Terima kasih, karena kamu berani menceritakan masa lalumu dihadapan masa
depanmu ...”
“ Sebelum kebersamaan kita saat ini, banyak sekali
kebodohan yang belum aku ceritakan. Untuk mengajak perempuan sepertimu mau
menjalin hubungan, entah kenapa jauh dari akal dan pikiran...”
“
Aku berdoa agar namaku kamu sebut dalam doamu, sampai lupa menyebut orang-orang
yang telah mengasihiku ...”
“ dulu, jarak adalah orang ketiga yang selalu aku
debatkan. Kita masih di indonesia tapi jarak bandung dengan surakarta rasanya
sudah seperti jawa dan papua. Kekhawatiran selalu menjadi asupan, apakah kamu
kuat sendirian ? semua pikiran menyepelekan enggan lepas dari pikiran. Tapi
sekarang, perempuan disampingku saat ini, bukan lagi galon apapun yang dia
hadapi aku pastikan dia sanggup... ”
“
Dibalik berbalas pesan dan video call-an, aku menyembunyikan harapan dan
kerinduan ...”
“ maaf aku
telat...” jurus terampuhku saat kita janjian atau sekedar
mengantarmu berpergian, Hal yang tidak kamu sukai pada diriku. Dan kata “ iya gak papa, udah biasa... ” adalah
tameng dari dari bentuk terima kasih telah merubahku menjadi orang yang
disiplin dan mengkoreksiku dengan rajin...
“
Meski aku sering membuatmu terlambat, tapi kamu adalah orang yang aku anggap
tepat... ”
“ laki-laki pendiam sepertiku banyak sekali
menyimpan kegagalan. Dari yang sering jalan dikira ojek pangkalan, jadi orang
terakhir mengucapkan selamat malam cuman jadi alarm, hingga sering ngajakin
makan dikira kateringan. Pada akhirnya titik adalah akhuran untuk semua
awalan... ”
“
Sering tersakiti akan membuatmu tahu cara merawat luka sendiri ...”
“ Hari ini kami bertemu mantannya. Kami berkenalan,
cerita panjang lebar tentang bagaimana mereka sampai saat ini masih bisa
berteman. Aneh, tapi terlihat menyenangkan. Dia masih menghatgai mantan dengan
tidak mengasingkan, apalagi sampai melupakan. Waktu berboncengan dia berkata “
Gak papa kamu cemburu, asal pelukku masih bisa menenangkanmu... “
“
Teruntuk seseorang yang pernah berjuang
, aku tidak ingin melihatmu bangkit sendirian ... ”
“ Aku jadi ingat saat kamu marah karena kita berbeda
pendapat. Kamu percaya asumsi orang lain dan aku bebal dengan pembelaan yang
aku katakan. Sebelum akhirnya, perempuan yang kamu kira itu selingkuhan,
memberi penjelasan. Itu sudah berlalu, berkat peristiwa itu aku jadi tahu yang
lebih kejam dari holokaus adalah perempuan yang cemburuan... ”
“
Dari pertengkaran kita belajar bahwa hubungan ini masih banyak kekurangan ...”
“ Yang besok nonton ini ya... ” ucap dia sambil
menunjukkan poster film yang ingin dia tonton. “ mau kapan ? moga aja aku gak
ada acara...” jawabku dengan bercanda. Kami berdua memang suka menonton film.
Terkadang aku butuh keberanian yang ekstra untuk menemaninya menontn film
horror, genre film yang menjadi favoritnya. Aku termasuk laki-laki penakut
dengan genre tersebut. Bahkan aku hanya
jadi bahan ejekannya selepas menonton, mungkin seii mall mendengar tawanya
dngan riang melihatku ketakutan...”
“
Aku lupa film yang pernah kita tonton, tapi aku tidak bisa melupkan waktu luang
yang pernah kita habiskan ...”
“ Ini pikiranku yang diatas nalar. Tentang keyakinan
dan percintaan. Bagiku kedua hal itu absurd dan saling sentil. Sering
menimbulkan kekecewaan, ketakutan, bahkan keberanian. Seberapa keras hati dan
akal pikiran berusaha, mereka tak akan berhenti pada muara yang sama. Bukan
lagi tembok berlin tapi iman pada diri masing-masing.
“
(t)uhan memberikan empat tempat, tapi cinta hanya memberi satu pilihan yang
tepat ...”
“ Nanti selepas pulang kerja yaa... ” sahutku waktu
menutup panggilan. Pesanmu yang bertubi-tubi ingin segera bertemu, akhirnya
harus aku tenangkan lewat panggilan. Aku merasa sepertinya cuman aku yang ingin
sekali kamu jumpai disepanjang hari tanpa rasa bosan. Kamu perempuan yang masih
takut aku menghilang... ”
“
Bersabarlah, pelukmu masih menjadi tempatku melepas lelah ... ”
“ Udah kamu yang cari tempat duduk, biar aku yang
pesan makananya... ” pintanya saat kafe yang kami kunjungi sedang ramai. Biasa,
malam minggu. Setelah dia mengantri dan aku menemukan tempat yang tidak
berdesakan. Pesanan kami akhirnya datang, aku kagum dia sudah hafal tentang apa yang aku sukai
dan tidak aku sukai. “keren, nanti aku beritahu satu hal lagi, tapi
diperjalanan pulang, sekanag kita makan dulu... ”
“
aku punya banyak kesukaan, tapi aku hanya mencintai satu perempuan ... ”
“ Yang liat tuh, romantis ngasih bunga ke doi, gak
kayak kamu... ” potongnya ketika kami sedang asik mengobrol. “ aahh mulai deh
kelas perbandingannya..” sahutku. “ becanda sayang, sensian banget sih...” jawabnya
denga nada becanda. Dia adalah panelis handal ketika ada pasangan lain yang
berbeda dari kebiasaan kami. “ Jangan iri ya, kelak aku juga bisa jadi bucin
seperti pada umumnya...”. ucapku pelan. “ ihh jangan gitu. Jangan berubah, aku
masih menyukaimu yang seperti ini... ”.
“
Semua orang jatuh cinta dengan cara mereka sendiri-sendiri, yang berbeda
hanyalah sosok yang mereka cintai ...”
Nanti ketika kamu pulang, aku akan menjadi anak
kecil yang mendengarkan ibunya bercerita tentang dongeng malam. Merasa nyaman,
meski hanya sebuah karangan. Kasih sayang yang benar-benar aku rindukan. Pintu
itu akan selalu menunggu kedatanganmu untuk diketuk. Walaupun hanya sekedar
untuk menjenguk.
“
Kemana pun kakimu berpetualang, aku berharap kamu kembali ke pelukkan ...”
“ Selamat ulang tahun ! ”. Teriak seorang perempuan
yang sudah membawa lilin dan kue ditangan. “ Maaf ya, aku cuman pengen kamu
juga merasakan kejutan seperti yang lain... ”. Dia tahu aku akan kesal, aku
tipikal orang yang tidak begitu suka perayaan dan kemeriahan. “ Kadonya kalau
gak cocok bisa ditukar, kamu sih gak ada yang dipengenin, aku jadi bingung mau
beliin apa... ” ucapnya kesal setelah aku menyuapinya kue. “ makasih ya
sayang... ”.
“
Aku punya satu permintaan, aku ingin kamu selalu mendoakan ... ”
“
Heh ! kenapa diem ? Kamu malu ?. “ eeee...enggak kok gak malu. Cuman kaget aja
kamu bilang gitu...”. Aku teringat obrolan kami dulu waktu pendekatan. Dia
benar, jika bukan karena mana mungkin aku sekarang bisa memulai obrolan dengan
orang yang belum aku kenal. Dulu aku seorang apatis dengan pemikiranku yang
pesimis. Bagiku dia itu pesulap, perempuan dengan pikiran yang selalu
mengejutkan. “ dasar wanita cerewet yang tahu segala hal... ”. Batinku sembari
melanjutkan perbincangan dengan teman-temanku di kedai kopi.
“
Mereka yang pendiam akan menyesal karena perasaan yang masih terpendam ...”
Kopi dan stroberi, seperti realita dan ekspetasi.
Semua hal dapat kamu bayangkan tapi hanya beberapa saja yang berhasil
terwujudkan. Tak apa, semua hal pasti terbalaskan, hanya saja semua tak seperti
yang kamu harapkan...
“
Bukanya tidak mengerti, hanya saja kamu salah arti ...”
“ Sudah belum ? ”. tanyanya setelah keluar dari
mesin atm. “ belum nih, sedikit lagi. Gak baik kalau sebat dijalan.” Pintaku
menyeselesaikan setengah batang rokok yang tadi aku matikan karena tadi dia
tergesa-gesa ingin diantarkan. “ Kamu bakal berhenti gak ? ” ucapnya ditengah
perjalanan. “ Gak tau, kalau ada niat pasti juga berhenti kok, kenapa ? ”. “
Gak papa kok, gak berhenti juga gak papa. Cuman iseng nanya doang, kamu punya
niatan berhenti apa enggak...”. “ Oh gitu, tapi nanti kalau aku berhenti
merokok, kamu harus ucapin terima kasih sama rokok... ”. “ kenapa aku harus
ngucapin terima kasih sama rokok ? ”. Sahutnya penasaran dengan apa yang
barusan aku bilang.
“
Rokok dan mencintaimu adalah hal yang sama. Meski telah diperingatkan akan menyakitkan,
nyatanya aku masih bertahan ... ”
Ya, itulah cinta. Segala yang berlebihan adalah
kewajaran. Semua cara dilakukan agar bisa bertahan dan menjadi keutuhan..
Perlakuan yang sering disalah artikan, pikiran yang selalu dibuat penasaran,
dan harapan yang menjadi kenyataan...
“
Untuk seseorang yang aku sayang, jangan dulu berpamitan. Kamu masih aku
usahakan ... ”
Sore ini sedikit berbeda. Kami hanya duduk didepan
teras, menikmati martabak spesial ditemani teh dan kpi yang masih panas. “
Aneh, rasa martabaknya gak seperti biasanya... ”. keluhnya sembari menyodorkan
martabaknya didepan muka. “ Aneh ? ya gaklah, namanya juga martabak spesial.
Martabak ini sebenarnya satu golangan sama kamu yang... ”. Jawabku dengan
bercanda. “ eehh, kok aku jadi ikut dibawa-bawa sih, emang sejak kapan martabak
ini jadi saudaraku? ”.
“
Sesuatu yang istimewa itu harus diperlakukan berbeda. Karena dia lebih berharga
daripada yang lainnya ... ”
Pintu ini akan selalu terbuka dengan lapang. Aku
menunggumu kembali datang. Sepulang kerja, saat ada tugas, atau hanya menemani
pikiranmuyag sedang ingin bebas. Saat sendirian, dengan teman-teman, atau
bahkan dengan pasangan, semua itu bukan permasalahan. Datanglah, kau tak ingin
ceritamu berakhir hanya dengan terbaring dikamar, bukan ? aku masih sama
seperti saat kamu kesini untuk pertama kali.
“ Tak semua tempat menjadi favorit kalian, tapi
pasti ada satu tempat yang kalian kenang ... ”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar